Popular Post

5 RACUN HATI YANG HARUS KITA HINDARKAN DALAM KEHIDUPAN


Assalamualaikum para saudara-saudara ku yang di muliakan Allah SWT. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia beserta Keluarga dan Sahabat - Sahabatnya, semuanya. Kali ini saya akan sharing yang materi nya ini di dapat dari khutbah sholat Jum'at kemarin. Langsung aja monggo di simak nih! ^^

Sudara saudara ku sekalian yang dirahmati Allah/ Di dalam tubuh kita terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah anggota tubuh seluruhnya dan apabila ia binasa maka binasalah anggota tubuh seluruhnya. Ingatlah! Itu adalah HATI”. Setiap kemaksiatan adalah racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Terdapat banyak perkara yang bisa menjadi racun hati seterusnya merusakan hati tersebut. Namun antara racun hati yang paling merbahaya adalah seperti berikut:


1. Berlebihan Dalam Berbicara (Racun Lisan)




Diantara racun-racun hati, yang selalu disebut pertama kali oleh para ulama adalah racun lisan. Ini dikarenakan banyaknya kemaksiatan dan kerusakan yang disebabkan oleh lisan. Hati dan perasaan bisa tersinggung karena lisan. Gosip yang memerahkan telinga bisa berhembus dengan cepat karena lisan. Fitnah yang dahsyat bisa tersebar karena lisan. Kesalahpahaman terjadi karena lisan. Konflik, pertikaian dan bahkan pertumpahan darah terjadi karena lisan.

Sedemikian vitalnya lisan ini sampai-sampai Rasulullah mengukur kualitas keimanan seseorang dari lisannya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, 

”Tidaklah lurus iman seseorang sampai lurus hatinya. Dan tidaklah lurus hati seseorang sampai lurus lisannya.” (HR Ahmad). 

Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

”Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam saja.” (HR Bukhari dan Muslim).


Abu Hurairah pernah menceritakan bahwa suatu ketika Nabi ditanya tentang apa yang paling banyak menjadikan manusia masuk surga. Beliau saw menjawab, 
”Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Sesudah itu Nabi ditanya apa yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam neraka. Beliau saw menjawab, ”Mulut dan kemaluan.” (HR Ahmad dan Turmudzi).
Dari sini jelas bagi kita semua bahwa ternyata lisan kita amat menentukan nasib kita di akhirat. Selamat dan celakanya kita pada hari pembalasan kelak sangat ditentukan oleh sejauhmana kita bisa menjaga lisan kita. Sayangnya, seringkali kita tidak sadar. Seringkali kita lalai terhadap setiap kata yang meluncur dari lisan kita. Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, 
”Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang ia sangka bukan apa-apa (tidak berdosa) padahal satu kata itu ternyata akan menggelincirkannya selama tujuh puluh tahun didalam neraka.”

Dalam redaksi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, 
”Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang tidak ia teliti sebelumnya sehingga akibat satu kata itu ia tergelincir kedalam neraka sejauh jarak antara timur dan barat.”

Masya-allah! Jika demikian, bagaimana dengan keadaan kita selama ini? Apakah kita senantiasa meneliti setiap kata yang keluar dari lisan kita? Ataukah kita tidak pernah mengendalikannya sehingga tanpa sadar hal itu akan melemparkan kita kedalam neraka?

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ummu Habibah, Rasulullah bersabda,
”Setiap perkataan anak Adam akan menjadi beban baginya kecuali amar makruf nahi munkar dan dzikrullah.” (HR Ibnu Majah dan Turmudzi). 

Oleh karena itu, Al-Qur’an dalam banyak tempat memerintahkan kepada kita untuk berbicara dengan tepat. Allah swt berfirman,
”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bertuturkatalah dengan tepat, niscaya Allah akan memperbaiki untuk kalian amal-amal kalian dan Dia akan mengampuni untuk kalian dosa-dosa kalian.” 

Demikianlah Allah memerintahkan kepada kita untuk berkata-kata dengan tepat, sesuai dengan tempat, waktu, situasi dan kondisi. Betapa banyak orang yang bermaksud baik akan tetapi ketika ia menyampaikannya dengan tidak tepat maka justru muncul masalah besar.

Akhirnya, marilah kita benar-benar menjaga lisan kita. Katakan tidak pada ghibah (menggosip), namimah (memfitnah), kata-kata batil, kata-kata keji, mau menang sendiri, debat kusir, cekcok mulut, nyanyian-nyanyian batil, memuji-muji tidak pada tempatnya, menjelek-jelekkan orang, dan sebagainya.

”Tahanlah (jagalah) lisanmu, bahagiakan keluargamu, dan menangislah atas kesalahan-kesalahanmu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Banyak berbicara adalah salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah saw :
”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah yang berhati keras." [HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].

2. Berlebihan Dalam Memandang Sesuatu


Berlebihan dalam memandang sesuatu akan merusakkan kesucian hati manusia dan memberi kesan yang amat negatif. Seterusnya kesan ini pula sukar untuk dikikis dan dibuang dari benak fikirannya. Rasulallah SAW bersabda: 
“Tidaklah seorang muslim melihat kecantikan seorang perempuan kemudian ia menundukkan pandangannya melainkan Allah menilai sebagai amal ibadah yang akan dia rasakan manisnya” (Riwayat Ahmad). 
Sungguh besar bencana yang menimpa akibat daripada pandangan. 

Pandangan merupakan pintu gerbang yang pertama yang menggerakkan hati dan pancaindera lain menuju kearah kemaksiatan dan kerusakan iman. Melepaskan pandangan secara liar merupakan kemaksiatan yang nyata. Ia menyebabkan hati sentiasa diliputi kegelapan, angan-angan kosong, sehingga membuka peluang dan memudahkan syaitan mengiringinya menuju kearah kemaksiatan yang lebih besar dan hina.

Sebagaimana disebutkan Rasulullah saw, 
“Pandangan adalah salah satu anak panah yang dimiliki iblis; maka barangsiapa memejamkan pandangannya karena Allah, maka Dia akan memberi rasa manisnya iman dalam hatinya, sampai pada hari dimana ia menghadap kepada-Nya.” (H.r. Ahmad).
Masuknya setan bersama pandangan ke dalam relung-relung hati. Sebab setan lebih cepat dan dapat langsung menembus dinding hati melalui pandangan, secepat kilatan cahaya. Ia bersemayamdalam kalbu untuk member corak tersendiri dari kesan yang ditangkapnya dan menobatkannya di atas singgasana hatinya, tempat beri;tikafnya sang hati. Kemudian setan itu menjanjikan berbagai khayalan indah nan mempesona, serta menyalakan api syahwat yang berbahan bakar kemaksiatan, yang barangkali tidak mungkin terjadi jika tidak adanya andil tangan-tangan setan itu.


Pandangan dapat menyibukkan hati, melenakannya dalam buaian mimpi-mimpi indah, lupa terhadap hal-hal yang menajdi kemaslahatannya. Lalu ia berbuat melampaui batas, sehingga hilangnya akal sehatnya dan kini resmilah ia menjadi pengabdi hawa nafsu. Allah swt. Berfirman , 
“Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya adalah keadaannya itu melampaui batas.” (Q.s Al-Kahfi: 28).

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: 
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,... (QS. An-Nur : 30-31)



3. Berlebihan Dalam Bergaul.


Betapa tragis suatu pergaulan yang dapat merampas kenikmatan yang telah ada, karenanya timbul benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam sehingga menyesakkan rongga-rongga dada. Namun rasa itu sulit dihindari terutama oleh hati yang sudah terluka. Demikian juga berlebih-lebihan dalam pergaulan dapat mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat. Seyogyanya bagi seorang hamba dapat mengambil hikmah dari setiap pergaulan. usahakanlah untuk bersikap bijak dan dapat menempatkan diri dalam menghadapi berbagai karakter teman sepergaulan. Dimana karakter-karakter tersebut ada empat golongan:


  • Terhadap orang yang jika kita membutuhkan bergaul dengannya, laksana kebutuhan kita terhadap makanan, kita tidak dapat lepas darinya dalam sehari semalam. Mereka itu adalah Para Ulama yang memiliki cakrawala pengetahuan yang luas tentang ilmu Agama, mengetaui tipu daya setan dan segala macam bentuk penyakit hati.
  • Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya seperti kebutuhan kita akan obat, Kita mengharapkannya dikala kita sedang sakit saja, tetapi bila badan kembali sehat maka mereka tidak kita butuhkan lagi. mereka ini adalah dari orang yang kehadirannya kita nantikan berkaitan dengan masalah kemaslahatan hidup dan kehidupan, seperti untuk saling bekerjasama atau sebagai mitra kerja dalam berniaga, bertani, bermusyawarah dan masalah-masalah lain dalam hal muamalah.
  • Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya, tidak ubahnya seperti penyakit. Golongan ini terbagi menjadi beberapa jenis dan tingkatan, bergantung pada intesitasnya terhadap jiwa kita. Diantara mereka adalah yang bersifat individualis dan egoistis. Jika bergaul dengannya hendaklah kita waspada dan berlaku bijak dalam menghadapinya. Hal ini bukan berarti kita harus menghindar dan tidak mau bergaul dengannya, tetapi jagalah jangan sampai diri kita terbawa oleh pengaruh kepribadiannya, karena akan merugikan kita dalam hal agama dan dunia. oleh karena itu sebaiknya orang-orang yang masuk dalam tipe ini hendaklah dujauhi jika ingin selamat agama dan dunia kita.
  • Terhadap orang yang bila kita bergaul dengannya akan membawa kefatalan, sebab ia laksana ular berbisa. Andaikan kita sampai terkena patuknya, kemudian kita berhasil menemukan penawarnya maka selamatlah kita, tetapi jika tidak, inilah bencana bagi kita. Golongan ini banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka adalah Ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan, menyimpang dari sunnah rasulullah saw. Mereka pandai membolak-balikkan fakta, sunnah mereka jadikan bid’ah dan bid’ah mereka jadikan sunnah. Bagi orang yang berakal tidak layak untuk bergaul ataupun duduk-duduk bersama mereka. Jika itu tetap dilakukan maka akan sakitlah hati bahkan bisa menyebabkan hatinya menjadi mati.



4. Makan Yang Berlebih - Lebihan


Sedikit makan dapat melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah. Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat sebaliknya.
Dari Miqdam bin Ma’di Karib dia berkata, bahwa ia mendengar rasulullah saw bersabda: 
“Anak adam tidak memenuhi wadah yang lebih buruk, daripada ia memenuhi perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap saja untuk menguatkan tulang rusuknya. Jika memang tidak memungkinkan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR. Ahmad dan Tirmidzi].
Alangkah banyak kemaksiatan yang tersulut akibat makan yang berlebihan dan menghalangi ketaatan manusia kepada Sang Khalik. Karenanya siapa yang mampu menjaga perutnya dari sifat serakah, maka ia benar-benar membuktikan bahwa dirinya mampu menjaga diri dari keburukan yang lebih fatal lagi.
Ibrahim bin Adham berkata:
”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak makan berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat perutnya).”


5. Tidur Yang Berlebih - Lebihan


Ini biasanya berhubungan erat dengan makanan. Makan yang berlebihan cendrung mengakibatkan tidur yang berlebihan. Jika dua paket ini sudah berkumpul, maka berikutnya adalah kejelekan dan kemaksiatan yang mendominasi. 


Semoga lima racun hati tersebut bisa kita hindari dan Allah senantiasa melimpahkan 
rahmat-Nya pada kita sehingga hati kita tetap terjaga. Aminn.. Semoga artikel ini bermanfaat untuk saudara saudara sekalian.. Terimkasih ^^

Wassalamualaikum..


- Copyright © 2013 Irbah Baihaqi - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -