Popular Post



ANAK-ANAK adalah kertas putih. Kertas putih yang akan menampung segala catatan tentang kehidupan, tentang pengetahuan dan pemahaman. Catatan yang dituliskan pada kertas putih itu akan menjadi bahan pemahaman yang paling kuat untuk diingat.
Konsep-konsep yang teratur dan sistimatis bisa diperkenalkan oleh para orang tua kepada anak-anak yang berusia lima sampai 10 tahun. Pada usia itu kognisi anak-anak sedang tumbuh memahami hal-hal yang realistis. Mereka lebih banyak bertanya tentang apa saja yang baru diketahui dan didapatnya. Mereka akan lebih banyak menuntut penjelasan mengenai segala hal. Bukankah itu stimulus yang sangat menarik untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi lebih intensif dengan buah hatinya?
Bila stimulus itu datang atau diinisiasi oleh sang anak, adalah sesuatu yang sangat dahsyat bagi para orang tua yang memimpikan anak-anaknya menjadi orang yang bisa berkontribusi bagi kehidupan, lingkungan, atau lingkup yang lebih kecil, keluarga. Tapi tentu saja tidak semua anak memiliki curiosity atau rasa ingin tahu yang tinggi. Jadi, bisa saja inisiatif untuk memulai internaksi dan komunikasi yang mengasikan, yang sekaligus pembelajaran pertama tentang ilmu dan pengetahuan itu, diambil oleh orang tua.
Pembelajaran itu bisa dilakukan mulai di rumah. Materi pembelajaran yang paling memungkinkan dan tersedia di rumah adalah mengenal benda-benda yang ada di rumah. Kecuali yang terbuat dari kayu, kertas, kain dan kulit binatang, semua benda yang ada di rumah, bahan dasar atau bahan bakunya berasal dari perut bumi. Besi, timah, alumunium, plastik, kaca, keramik, dll., semua dari dalam tanah yaitu minyak, gas dan mineral. Jadi, bukan hal yang muluk kalau orang tua memperkenalkan pelajaran ‘geologi’ kepada putra-putrinya. Karena memang benda-benda yang ada di rumah seperti komputer, televisi, pesawat telepon, mainan, alat masak, alat makan, alat tulis, sepatu, mobil, dan rumah itu sendiri bahan bakunya adalah hasil tambang.
Pasti akan sangat menyenangkan dan menantang jika anak-anak bertanya dan minta diterangkan tentang asal-usul dari benda-benda yang ada di rumah. Artinya, para orang tua harus sudah siap dengan pengetahuan serta cara menerangkannya, bila sewaktu-waktu anak-anaknya bertanya tentang benda ini atau benda itu. Ini tugas tersendiri bagi para orang tua.

Memanfaatkan Setiap Momen
Bagi anak-anak, diberi tahu, diingatkan atau dilarang itu adalah hal yang tidak menyenangkan. Bukan hanya bagi anak-anak, bagi orang tua pun melakukan tindakan yang sifatnya menahan dan menghalangi, bukan perilaku yang memberikan pembelajaran. Memang, melarang atau menahan anak agar tidak melakukan sesuatu, maksudnya demi keselamatan anak. Tapi tindakan represif itu tidak menjadi stimulus positif bagi sang anak.
Sebagai alternatif, para orang tua bisa menerangkan sifat-sifat fisik dan kimia dari benda-benda yang ada di rumah, serta kemungkinan risiko yang bisa terjadi apa bila salah memperlakukannya. Secara sederhana, para orang tua bisa menjelaskan sifat-sifat fisik dari benda-benda yang ada di rumah, misalnya benda tajam bisa melukai, benda berat atau keras jika membentur atau menimpa bagian tubuh bisa sakit atau luka, benda dengan permukaan halus atau licin bisa menyebabkan terpeleset dan jatuh, dan seterusnya. Sedangkan sifat-sifat kimia benda-benda rumah, misalnya benda cair seperti minyak atau cairan lain kalau terminum bisa berbahaya, terhirup bisa mengakibatkan pusing dan sesak napas, bila terkena api bisa terbakar dan membakar, terkena mata bisa menyebabkan perih dan sakit mata, atau benda-benda cair yang jika diperlakukan sebagaimana bisa menyebabkan kecelakaan. Atau lebih jauh lagi, para orang tua bisa menjelaskan secara terbatas dan sederhana tentang benda yang tidak terlihat, yaitu gas dan listrik.  
Hal terpenting sebagai out put dari proses pembelajaran itu adalah pemahaman anak atas benda-benda itu, sehingga mereka tahu apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan atas benda-benda itu, serta sikap positif akan benda-benda serta sumber bahan bakunya yang terbatas, tidak bisa diperbaharui. Dan tentu saja, mengetahui dan memahami tentang banyak hal, akan menjadi kebanggan tersendiri bagi anak-anak, sekaligus amunisi  untuk lebih percaya diri dalam bergaul bersama teman-temannya. 
Tidak perlu sesi khusus untuk membangun interaksi atau komunikasi itu. Para orang tua bisa menjelaskan sifat-sifat, akibat yang mungkin timbul karenanya, serta asal usul bahan baku benda tersebut, pada saat-saat tertentu.
Ada momen-momen tertentu dimana anak-anak sangat ingin mengetahui lebih lebih jauh tentang apa yang dilihatnya. Misalnya, ketika mengisi bahan bakar di SPBU, biasanya anak-anak ingin melihat bagaimana bahan bakar dimasukkan ke dalam tanki mobil, sambil bertanya ini itu mengenai bahan bakar. Itu adalah kesempatan bagi orang tua untuk menjelaskan apa itu bahan bakar, apa manfaatnya, dari mana asalnya, kemungkinan apa saja yang bisa terjadi dengan bahan bakar, dan seterusnya. Atau ketika melihat pekerja bangunan membuat adonan untuk tembok, orang tua bisa menjelaskan apa itu semen, manfaatnya, terbuat dari apa, dan seterusnya.

Sehingga, sebagai ganti dari tindakan melarang atau menahan yang sifatnya refresif, para orang tua lebih baik memperkenalkan benda-benda yang pada dasarnya berbahan baku hasil tambang, melalui interaksi yang konstruktif bagi perkembangan kognisi dan sikap anak, dan tentu saja sangat mengasyikan. (yus)            

- Copyright © 2013 Irbah Baihaqi - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -